Oleh : Badrul Tamam. Dari Zaid bin Haritsah –maula Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam- berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
مَن ' قَالَ أَس 'تَغ 'فِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ ال 'حَيَّ ال 'قَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَي 'هِ غُفِرَ لَهُ وَإِن ' كَانَ قَد ' فَرَّ مِن ' الزَّح 'فِ
“Siapa yang membaca Asataghfirullaah Laa Ilaaha Illaa HuwalHayyal Qayyuma wa Atuubu Ilaihi maka akan diampuni dosanya walaupun ia pernah lari dari medan perang. ” (HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, al-Thabrani, Al-Hakim dan Ibnu Abi Syaibah. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah di Shahih Abi Dawud dan Shahih al-Tirmidzi)
Terdapat tambahan dalam sebagian riwayat –seperti dalam Sunan Al-Tirmidzi & al-Hakim-, “Astaghfirullah Al-‘Adzim”.
Tempat Khusus Membacanya? Telah datang beberapa riwayat yang menerangkan tempat khusus untuk membaca doa istighfar ini, seperti setelah shalat, bangun tidur, serta di pagi hari Jum’at. Tetapi tidak satupun dari bebrapa info itu yang shahih sehingga tidak dapat diamalkan dengan kekhususannya itu.
Ada hadits yang berstatus maqbul –sebagian ulama menghasankannya serta sebagian lain menshahihkannya- menyebutkan istighfar itu tanpa mengaitkannya dengan bebrapa saat tertentu. Dapat dibaca pada waktu yang bebas tanpa mengkhususkannya dengan saat dan tempat.
Al-Hakim mengeluarkannya dalam Mustadraknya dari hadits Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
مَن ' قَالَ أَس 'تَغ 'فِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ ال 'حَيَّ ال 'قَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَي 'هِ ثَلَاثًا غُفِرَت ' ذُنُو 'بُهُ وَإِن ' كَانَ قَد ' فَارًّا مِن ' الزَّح 'فِ
“Siapa yang membaca Asataghfirullaah Alladzii Laa Ilaaha Illaa HuwalHayyal Qayyuma wa Atuubu Ilaihi maka diampuni dosa-dosanya walaupun ia pernah lari dari medan perang. ” (HR. Al-Hakim, beliau berkata : “ini yaitu hadits shahih sesuai syarat Muslim tetapi Al-Bukhari serta Muslim tidak mengeluarkannya. ” Hadits ini juga dikeluarkan oleh Al-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, no. 8541. Abu Nu’aim meriwayatkan yang serupa dalam Akhbar Ashbahan dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
Keutamaannya
Doa ini mengandung istighfar (permohonan ampunan) yang begitu agung serta memakai wasilah (sarana) yang begitu mulia dengan menyebut nama-nama Allah yang Maha Indah –Allah, Al-Adzim, Al-Hayyu, serta Al-Qayyum-, ikrar bakal uluhiyah Allah serta kemauan bertaubat waktu itu juga.
Astaghfirullah memiliki arti meminta ampunan pada Allah, memohon agar Allah menutupi
dosa-dosanya, serta tidak menghukumnya atas dosa-dosa itu.
Disebut kalimat tauhid sesudah kalimat “Aku memohon ampun pada Allah” memberi arti kalau hamba itu mengaku kewajibannya untuk beribadah pada Allah semata yang itu jadi hak Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ini menuntut supaya orang yang beristighfar untuk menunjukkan ubudiyahnya pada Allah dengan kerjakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya.
Al-Hayyul Qayyum : dua nama Allah yang agung ini disebut sesudahnya memiliki kaitan dengan permintaan ampunan karena semuanya nama Allah serta sifat-Nya yang Maha tinggi yang Dzatiyah serta Fi’liyah kembali pada keduanya. Sifat Dzatiyah mengacu pada nama Al-Hayyu (Maha hidup abadi). Sedangkan sifat fi’liyah kembali pada nama Al-Qayyum (Tegak berdiri sendiri serta mengurusi semua makhluk-Nya)
Ditutup doa itu dengan Waatubu Ilaihi (Saya bertaubat kepada-Nya) mengandung keinginan kuat dari hamba untuk bertaubat (kembali) pada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Karenanya bila hamba mengucapkan kalimat ini sebaiknya ia jujur dalam melafadzkannya pada dzahir & batinnya. Bila ia dusta, dikhawatirkan ia tertimpa kemurkaan Allah. (Lihat al-Fuuthaat al-Rabbaniyah : 3/701)
Allah siapkan balasan terbaik untuknya, yaitu ampunan untuknya hingga dihapuskan dosa-dosanya, ditutupi aib-aibnya, dilapangkan rizkinya, dijaga fisiknya, dipelihara hartanya, mendapat kucuran barakah, semakin meningkat kualitas agamanya, menjapatkan jaminan keamanan didunia serta akhirat, serta mendapat keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dosa yang akan diampuni dengan doa istighfar ini bukan hanya dosa-dosa kecil, namun juga dosa besar. Bahkan dosa yang terkategori min akbaril dzunub (dosa paling besar), yakni lari dari medan perang, “. . . walaupun ia pernah lari dari medan perang. ”
Lari dari medan perang yaitu lari meninggalkan medan jihad fi sabilillah waktu berkecamuk peperangan melawan orang kafir. Ini tunjukkan kalau lewat doa istighfar yang agung ini Allah akan mengampuni dosa-dosa paling besar yg tidak mempunyai konsekuensi hukuman jiwa serta harta seperti lari dari medan perang serta dosa-dosa semisalnya. Bila hamba mengatakan doa diatas dengan ikhlash, jujur, mengerti makna-maknanya ; pasti ia akan memperoleh berita senang maghfirah yang agung ini.
Penutup
Setiap diri kita dipenuhi dosa serta kesalahan ; dapat berupa tidak menunaikan kesyukuran, tidak menunaikan perintahnya, tidak meninggalkan larangan-Nya, menyia-nyiakan kesempatan yang dibeirkan-Nya, lupa dari mengingat-Nya, dsb. Dosa-dosa itu akan membuat sesak dada, menghilangkan keberkahan hidup, mempersempit rizki, membuat berat menjalankan ketaatan, jadi sebab datangnya beragam kesulitan, serta di akhirat jadi sebab kegelapan serta kesengsaraan. Karenanya setiap kita membutuhkan ampunan Allah setiap saat. Doa istighfar ini jadi salah satu alternatif serta saranan meraih ampunan-Nya. Wallahu A’lam.
Sumber : Friscomedia
from I Am Kiram http://ift.tt/2gX8wjL
via IFTTT
0 comments:
Post a Comment